Emfisema - Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Emfisema adalah penyakit progresif jangka panjang pada paru-paru yang umumnya menyebabkan napas menjadi pendek. Orang dengan emfisema, jaringan paru-paru yang terlibat dalam pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) terganggu atau hancur.
paru-paru-Asbestosis-Fibrosis-paru-kanker-pneumonia
Emfisema termasuk dalam kelompok penyakit yang disebut penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Emfisema disebut penyakit paru obstruktif karena aliran udara pada pernapasan diperlambat atau dihentikan karena alveoli yang over-inflasi. Gangguan ini pada akhirnya akan menghambat pertukaran gas yang dilakukan saat bernapas.
Emfisema mengubah anatomi paru-paru. Hal ini disebabkan karena adanya penghancuran jaringan paru-paru di sekitar saluran udara yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Gangguan ini memungkinkan udara untuk meninggalkan paru-paru ketika bernapas.
Saat jaringan ini rusak, saluran udara juga ikut rusak, sehingga sulit bagi paru-paru untuk mengosongkan udara. Kerusakan ini justru menjebak udara di dalam alveoli.
Untuk diketahui, jaringan paru-paru yang normal tampak seperti spons baru. Sementara paru emphysematous tampak seperti spons yang sudah lusuh, dengan lubang besar dan elastisitas yang hilang. Ketika paru tertarik selama pernapasan, sifat dari jaringan yang membentang adalah ingin kembali ke bentuk yang semula.
Pada emfisema, fungsi elastis ini terganggu yang mengakibatkan terperangkapnya udara di paru-paru, sehingga jaringan yang terbentang sulit kembali ke kondisi semula. Emfisema menghancurkan jaringan spons paru-paru dan juga sangat memengaruhi pembuluh darah kecil (kapiler paru-paru) serta saluran udara yang ada di seluruh paru-paru. Jadi, tidak hanya aliran udara yang terpengaruh tapi juga aliran darah.
PPOK adalah salah satu penyebab kematian utama di Amerika Serikat. Sedangkan di Indonesia, data tahun 2012 menunjukkan, bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia.

Penyebab Emfisema

Merokok adalah perilaku utama yang menyebabkan orang terkena emfisema. Meski masuk dalam kategori penyebab utama, kebiasaan ini bisa dihilangkan dari aktivitas sehari-hari Anda. Selain itu, faktor risiko lain termasuk kekurangan enzim yang disebut alpha-1-antitrypsin, polusi udara, reaktivitas saluran napas, faktor keturunan, jenis kelamin, dan usia
Untuk diketahui, asap rokok memberikan kontribusi untuk proses penyakit ini dalam dua cara: menghancurkan jaringan paru-paru yang mengakibatkan obstruksi aliran udara dan menyebabkan peradangan di saluran napas yang dapat menambah obstruksi aliran udara.
Sementara itu, kerusakan jaringan paru-paru terjadi dalam beberapa cara. Asap rokok secara langsung memengaruhi sel-sel di saluran napas yang bertanggung jawab untuk membersihkan lendir dan sekret lainnya.
Paparan jangka panjang asap rokok menyebabkan silia menghilang dari sel-sel yang melapisi saluran udara. Tanpa gerakan sapu yang konstan dari silia, sekresi mukosa saluran napas tidak dapat dibersihkan dari saluran pernapasan bagian bawah. Selanjutnya, asap menyebabkan sekresi lendir meningkat dan pada saat yang sama kemampuan untuk menyapu sekresi menurun. Lendir yang menumpuk di saluran napas dapat menjadi lahan yang nyaman untuk bakteri dan organisme lain.

Infeksi dan Paparan Asap Rokok

Sel-sel kekebalan di paru mempunyai tugas untuk melawan infeksi. Saat Anda merokok, sel-sel kekebalan di paru-paru akan melemah dan tidak mampu menghilangkan partikel (seperti tar) yang dibawa asap rokok.
Dengan cara ini, asap rokok membuka peluang untuk infeksi paru-paru. Meskipun infeksi ini bahkan tidak cukup serius untuk memerlukan perawatan medis, peradangan yang disebabkan oleh serangan bakteri atau tar secara terus menerus menyebabkan pelepasan enzim yang dapat merusak sel-sel kekebalan tubuh secara keseluruhan.
Seiring waktu, enzim yang dilepaskan selama inflamasi ini menyebabkan hilangnya protein yang bertanggung jawab untuk menjaga paru-paru untuk tetap elastis. Selain itu, jaringan yang memisahkan sel udara (alveoli) juga mengalami kehancuran. Pada akhirnya, elastisitas paru-paru akan menurun dan rusaknya alveoli bisa membawa kerusakan fungsi paru-paru secara perlahan.
Selain paparan asap rokok, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan Anda terkena emfisema:
  • Polusi udara bertindak dengan cara yang mirip dengan asap rokok. Polutan menyebabkan peradangan pada saluran udara, menyebabkan kerusakan jaringan paru-paru.
  • Orang yang memiliki saudara kandung atau orangtua dengan emfisema cenderung mudah terkena penyakit emfisema. Ini mungkin karena sensitivitas jaringan atau respon terhadap rokok dan iritasi lainnya dapat diwariskan. Namun, peran genetika dalam pengembangan emfisema masih belum jelas.
  • Reaktivitas saluran napas yang abnormal, seperti asma bronkial, telah terbukti menjadi faktor risiko untuk terjadinya emfisema.
  • Laki-laki lebih mungkin untuk mengalami emfisema daripada wanita. Alasan yang tepat untuk ini tidak diketahui, tetapi diduga karena perbedaan antara hormon laki-laki dan perempuan.
  • Fungsi paru-paru normal akan mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, masuk akal bahwa semakin tua seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan memiliki kerusakan jaringan paru-paru yang menjadi penyebab emfisema.
Penting untuk ditekankan bahwa PPOK seringkali tidak selalu disebabkan karena emfisema atau bronkitis, akan tetapi merupakan kombinasi dari keduanya.

Gejala Emfisema

Gejala utama dari emfisema adalah napas pendek atau lebih dikenal dengan istilah sesak napas. Penderita kesulitan untuk menghembuskan napas keluar. Umumnya gejala ini akan yang berkembang secara bertahap. Karena kerusakan yang ditimbulkan berjalan lambat, sering kali hal ini tidak diketahui. Hal ini sering terjadi terutama jika Anda seorang perokok atau memiliki masalah medis lainnya yang membatasi kemampuan Anda untuk berolahraga.
Salah satu tanda-tanda khas dari emfisema adalah ‘pursed-lipbreathing’.  Orang dengan emfisema berjuang untuk bernapas untuk mengosongkan udara yang terjebak di paru. Penderita akan mengerutkan bibir dan hanya menyisakan lubang kecil. Kemudian, ketika mereka menghembuskan napas, bibir memblokir aliran udara, meningkatkan tekanan di saluran napas dan kemudian membuka bibirnya  yang memungkinkan udara yang terjebak untuk keluar.
Orang dengan emfisema dapat mengalami ‘barrel chest’ di mana jarak dada depan belakang, yang biasanya lebih kecil dari jarak dada sisi kiri ke kanan menjadi sama. Ini adalah akibat langsung dari udara yang terperangkap karena obstruksi saluran napas.

Konsultasi dengan Dokter

Jika Anda memiliki sesak napas, segera konsultasikan  dokter umum, dokter penyakit dalam, atau dokter spesialis paru. Sesak napas dapat terjadi karena penyakit lain seperti jantung dan penyakit paru-paru lainnya, sehingga sangat penting untuk tidak mengabaikan atau tidak menyepelekan gejala ini. Penurunan bertahap dalam kemampuan untuk berolahraga atau melakukan kegiatan sehari-hari, batuk terus-menerus, dan mengi juga perlu diperhatikan.
Karena merokok adalah suatu faktor risiko berbahaya bagi emfisema, Anda juga dapat menghubungi dokter untuk membantu membuat rencana agar Anda dapat berhenti merokok, bahkan tanpa adanya sesak napas atau gejala lainnya.
Dokter bisa memberikan banyak pilihan untuk membantu Anda berhenti merokok. Dukungan dari dokter dapat membuat proses lebih mudah daripada melakukannya sendiri. Banyak penelitian terbaru menunjukkan bahwa 25% dari perokok memiliki PPOK namun mereka tidak menyadarinya.
Sesak napas harus selalu dianggap serius, terutama jika datang tiba-tiba atau memburuk dalam waktu yang relatif singkat. Situasi ini biasanya dianggap sebagai darurat medis sehingga segera bawa penderita ke unit gawat darurat. Ketidakmampuan untuk berbicara lengkap dalam satu kalimat penuh dapat menjadi tanda sesak napas.
Selain itu, tanda-tanda dari bibir, lidah, kuku, atau kulit yang berubah warna menjadi biru juga harus diperhatikan. Tanda ini disebut sianosis, di mana hal ini menunjukkan kondisi paru-paru yang semakin memburuk.
Tanda lain yang harus Anda kenali adalah batuk. Peningkatan batuk dan produksi dahak bisa menjadi tanda adanya infeksi. Infeksi membuat emfisema semakin buruk dan dapat menyebabkan masalah jangka panjang.

Tes Emfisema

Ketika dokter mencurigai Anda memiliki emfisema berdasarkan keluhan yang Anda rasakan, dokter pasti akan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter akan mengamati bagaimana Anda bernapas, suara jantung, dan penampilan fisik Anda secara umum. Tes ini berfungsi untuk memperjelas sejauh mana penyakit, fungsi dan adanya infeksi paru-paru.
Dengan dilakukannya pemeriksaan rontgen sinar-X dada, hal ini akan membantu dokter untuk mengidentifikasi perubahan paru-paru yang mungkin menunjukkan emfisema. Pemeriksaan rontgen juga bisa menunjukkan adanya infeksi atau massa di paru-paru (seperti tumor).
Pemeriksaan rontgen dianggap oleh kebanyakan dokter menjadi tes tercepat dan termudah untuk memisahkan kemungkinan penyebab yang berbeda dan merumuskan diagnosis.
Sementara itu, tes lanjutan yang bisa dilakukan adalah tes fungsi paru-paru. Tes ini memberikan dokter informasi spesifik tentang bagaimana paru-paru bekerja secara mekanis. Tes ini dilakukan dengan cara; Anda bernapas ke dalam tabung yang terhubung ke komputer atau perangkat monitoring lainnya untuk dianalisa  sesuai dengan informasi yang diperlukan.
Tes ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak udara yang ada di paru-paru, seberapa cepat paru membuang udara selama ekspirasi dan berapa banyak cadangan paru-paru yang dapat dicapai.
Sedangkan, jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan defisiensi enzim alfa-1-antitrypsin, dokter dapat memerintahkan melakukan tes darah untuk mengevaluasi penyakit genetik ini. Tes darah juga dapat digunakan untuk memeriksa jumlah sel darah putih. Sel darah putih bisa mengindikasikan infeksi akut.
Informasi ini dapat digunakan bersamaan dengan pemeriksaan rontgen dada untuk mengevaluasi pneumonia, bronkitis, atau infeksi pernapasan lainnya yang dapat membuat emfisema semakin memburuk.
Pemeriksaan darah lain yang mungkin membantu, terutama di rumah sakit, disebut pemeriksaan gas darah arteri. Tes ini membantu dokter menentukan berapa banyak oksigen dan karbon dioksida dalam darah Anda.

Pengobatan Emfisema

Kerusakan paru atau emfisema tidak dapat disembuhkan. Namun, perawatan yang tepat dapat membantu untuk meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit ini. Umumnya, dokter akan melakukan perawatan tergantung pada tingkat keparahan kondisi pasien.
Anjuran untuk berhenti merokok biasanya adalah rekomendasi yang diberikan dokter untuk orang-orang dengan emfisema. Jika Anda berhenti merokok, hal itu bisa mengehentikan perkembangan penyakit dan meningkatkan fungsi paru-paru.
Seperti diketahui, seiring bertambahnya usia, fungsi paru-paru akan memburuk. Mereka yang rentan untuk terkena penyakit paru obstruktif kronik, merokok mengakibatkan penurunan lima kali lipat fungsi paru. Penghentian merokok dapat mengembalikan fungsi paru-paru ke kondisi normal.
Seorang dokter dapat meresepkan obat untuk membantu dalam mengurangi kecanduan rokok dan juga dapat merekomendasikan terapi perilaku, seperti bergabung dengan kelompok anti rokok.
Setelah Anda menghilangkan kebiasaan merokok, cara lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan obat bronkodilator. Obat ini dapat membuat saluran napas lebih terbuka dan memungkinkan pertukaran udara yang lebih baik. Dalam kasus yang sangat ringan, bronkodilator dapat hanya dapat digunakan untuk episode sesak napas.
Bronkodilator yang paling umum untuk kasus-kasus ringan emfisema adalah albuterol (Proventil atau Ventolin). Obat ini bekerja dengan cepat, dan 1 dosis biasanya meringankan saluran napas selama 4-6 jam. Albuterol adalah yang paling banyak tersedia sebagai inhaler-dosis-terukur atau MDI (metered-dose-inhaler), dan obat ini adalah bentuk yang paling sering digunakan untuk pasien dengan emfisema ringan, dengan sesak napas intermiten.
Beberapa orang menyebut inhaler albuterol sebagai obat ‘penyelamat’ karena mampu menyelamatkan mereka dari sesak napas yang lebih berat.

Bronkodilator

Berikut ini cara penggunaan bronkodilator:
  • Jika Anda sesak napas saat istirahat, dokter dapat meresepkan albuterol untuk diberikan pada interval yang dijadwalkan secara rutin, baik melalui MDI, atau dengan uap (nebulisasi). Nebulisasi adalah menghirup obat cair yang telah menguap oleh aliran kontinu udara
  • Ipratropium bromide (Atrovent) adalah obat bronkodilator lain yang digunakan untuk emfisema yang relatif ringan. Mirip dengan albuterol, itu tersedia dalam inhaler dan dalam bentuk cairan untuk nebulisasi. Tidak seperti albuterol, ipratropium bromida biasanya diberikan dalam interval yang dijadwalkan. Oleh karena itu, biasanya tidak diresepkan untuk tujuan ‘penyelamatan’. Atrovent memiliki efek lebih lama dari albuterol, namun, sering memberikan bantuan yang lebih besar. Sementara itu, tiotropium (Spiriva) adalah pengunaan jangka panjang dari ipratropium. Mengonsumsi obat ini sekali sehari telah terbukti membuat rawat inap di rumah sakit lebih sedikit dan meningkatkan kemungkinan peningkatan kelangsungan hidup pada beberapa pasien dengan PPOK.
  • Methylxanthines (Theophylline) dan obat bronkhodilator lainnya yang tersedia memiliki berbagai sifat yang mungkin membuat mereka berguna dalam kasus-kasus tertentu. Theophylline (Theo-Dur, Uniphyl) adalah obat yang diberikan secara oral (tablet). Hal ini dapat memiliki efek berkesinambungan dalam menjaga saluran napas agar terbuka. Kadar teofilin harus dipantau dengan tes darah. Terlalu banyak teofilin dapat menyebabkan overdosis, namun jika terlalu sedikit, obat ini tidak akan memberikan efek yang cukup untuk melegakan napas. Selain itu, obat lain dapat berinteraksi dengan teofilin, mengubah kadarnya di darah tanpa diketahui. Untuk alasan ini, dokter sekarang meresepkan teofilin sangat hati-hati dengan mempertimbangkan potensi untuk interaksi obat lainnya.
Jika Anda mengosumsi theophylline, pastikan minumnya sesuai dengan resep dan konsultasikan dengan dokter sebelum memulai pengobatan baru. Beberapa studi menunjukkan bahwa theophylline dalam dosis yang sangat rendah dapat memiliki sifat anti-inflamasi. Kini, teofilin jarang diresepkan dan biasanya hanya dalam keadaan khusus, mengingat efektivitasnya kurang maksimal, diperlukan pemantauan kadar darah dan interaksi dengan obat lain.
Sementara itu, jika Anda mengalami emfisema maka konsumsi obat steroid, antibiotik, dan pemberian oksigen, harus sesuai dengan aturan. Berikut ini adalah aturan yang harus Anda perhatikan:
  • Obat steroid: Obat steroid akan mengurangi peradangan dalam tubuh. Mereka digunakan untuk efek peradangan di paru-paru dan di tempat lain dan telah terbukti dari memberi manfaat untuk kasus emfisema. Namun, tidak semua orang akan merespon terapi steroid. Steroid dapat diberikan secara oral (minum) atau dihirup melalui inhaler MDI atau bentuk lain dari inhaler.
  • Antibiotik: Obat-obat ini sering diresepkan untuk orang dengan emfisema yang mengalami peningkatan sesak napas. Bahkan ketika rontgen dada tidak menunjukkan adanya pneumonia atau bukti infeksi, orang yang diobati dengan antibiotik cenderung memiliki episode sesak napas yang lebih singkat. Hal ini diduga bahwa infeksi mungkin memainkan peran dalam kondisi akut emfisema, bahkan sebelum infeksi memburuk menjadi pneumonia atau bronkitis akut. Data sekarang menunjukkan bahwa ketika pasien dengan PPOK mengalami perburukan gejala dan serangan mendadak (disebut eksaserbasi), penggunaan singkat dan segera dari steroid dan antibiotik dapat mengurangi kemungkinan rawat inap.
  • Oksigen: Jika Anda memiliki sesak napas dan segera pergi ke gawat darurat sebuah rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen. Dalam kondisi khusus, oksigen diperlukan dengan cara menempatkan sebuah tabung di tenggorokan dan mesin untuk membantu pernapasan (juga disebut intubasi trakea). Dalam beberapa kasus, mungkin perlu bagi Anda untuk mendapatkan oksigen di rumah juga. Ada tangki oksigen rumahan yang tersedia dalam unit portabel yang memungkinkan dipakai dan mudah dibawa-bawa.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel