Bronkopneumonia – Pengertian dan Penyebab

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru atau sel-sel paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus (percabangan saluran napas terkecil sebelum sel kantung udara) dan juga mengenai alveolus (sel kantong udara, tempat oksigen dan karbon dioksida mengalami pertukaran), yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Bronkopneumonia
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia yang juga dikenal pneumonia lobularis ini lebih sering merupakan infeksi sekunder yaitu infeksi yang terjadi setelah infeksi utama, terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer (infeksi utama tanpa mengikuti kondisi lain) yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat

Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30 persen pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika, pneumonia menunjukkan angka 13 persen dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

Penyebab Bronkopneumonia 

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah:
Faktor infeksi
Pada neonatus, adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari, periode terentan pada bayi karena bayi sedang menyempurnakan fungsi tubuhnya dari kehidupan dalam janin ke kehidupan di luar janin:
Streptokokus group BRespiratory Sincytial Virus (RSV).
Pada bayi:
  • Virus: Virus parainfluensavirus influenzaAdenovirus, RSV, dan Cytomegalovirus
  • Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis dan Pneumocytis.
Pada anak-anak:
  • Virus: ParainfluensaInfluensa virus, adenovirus, dan RSV
  • Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia
  • Bakteri: Pneumokokus dan mycobakterium tuberculosi.
Pada anak besar – dewasa muda:
  • Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia dan trachomatis.
  • Bakteri: PneumokokusBordetella pertusis, dan tuberculosis.
Faktor non-infeksi
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat kesulitan menelan atau kembalinya isi lambung ke kerongkongan.
Bronkopneumonia adalah klasifikasi dari pneumonia secara anatomis. Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada dasar yang memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan penyebabnya (etiologi). Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan, daripada pembagian secara anatomis
  1. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali, Bronkopneumonia
  2. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
  3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab: Pneumonia bakteri, pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur
  4. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan pneumonia atipikal
  5. Berdasarkan lama penyakit yaitu pneumonia akut dan pneumonia persisten.

Proses Perjalanan Penyakit

Saluran pernapasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan bulu-bulu halus di saluran napas. Mekanisme pertahanan lanjut berupa antibodi tubuh di mukosa seperti sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit (sel darah putih), dan zat-zat kimia lain dalam darah untuk merespon peradangan seperti komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel:
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi (kekuatan penyebab infeksi) bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran napas bagian bawah melalui inhalasi (hirupan napas) atau aspirasi flora komensal (flora normal tubuh) dari saluran napas bagian atas, dan jarang melalui darah. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran napas bagian bawah dengan memengaruhi mekanisme pembersihan dan respons imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 persen anak penderita pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus. Secara patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu:
  1. Stadium I (Stadium kongesti), 4-12 jam pertama, yaitu hiperemia, mengacu pada respons peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast (sel pertahanan tubuh) setelah pengaktivan sel imun dan cedera jaringan
  2. Stadium II (Hepatisasi merah), 48 jam berikutnya, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh sel tubuh sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan mengeras seperti perabaan hati, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam
  3. Stadium III (Hepatisasi kelabu), 3-8 hari berikutnya, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan sisa-sisa sel akan dibersihkan oleh sel-sel pertahanan tubuh, yang disebut fagositosis. Pada stadium ini sel darah merah di alveoli mulai berkurang, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan sel darah putih, warna paru yang tadinya merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti
  4. Stadium IV (Stadium resolusi), 7-11 hari berikutnya, terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh sel makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Penanganan Pneumonia 

Penanganan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu penanganan secara umum dan khusus.
Penanganan secara umum
  • Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit hingga sesak nafas mereda atau pengecekan tekanan oksigen pada darah (PaO2 pada analisis gas darah) 60 torr.
  • Pemasangan infus untuk pemberian cairan dan memperbaiki elektrolit tubuh.
  • Asidosis (kadar pH darah terlalu rendah atau asam) diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena (melalui selang infus).
Penanganan secara khusus
  • Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan membuat respon antibiotik awal tidak terbaca dengan jelas
  • Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi (denyut jantung yang terlalu cepat yaitu di atas 100 kali permenit), atau penderita kelainan jantung
  • Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan gejala yang ditunjukkan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel