Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) – Penyebab, Pengobatan, & Komplikasi

Gastroesophageal Reflux Disease atau GERD adalah masalah pencernaan yang memengaruhi katup bawah esofagus (kerongkongan). Banyak orang, termasuk wanita hamil, bisa mengalami gangguan pencernaan dan sensasi terbakar di dada karena GERD.
penyakit-lambung-GERD-Gastroesophageal-reflux-disease-nyeri-dada
GERD bisa terjadi karena suatu kondisi yang disebut hernia hiatal, kondisi di mana bagian atas perut menonjol hingga ke bagian pembukaan diafragma. Pada sebagian besar kasus, GERD dapat reda melalui perubahan makanan dan gaya hidup, namun beberapa orang ada yang membutuhkan obat-obatan maupun operasi.
Dalam keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju esofagus, lalu masuk ke lambung. Di sana makanan umumnya bertahan selama tiga hingga empat jam untuk dicerna. Namun pada kasus GERD, terdapat suatu kelainan. Makanan yang sudah ditampung di lambung naik kembali ke kerongkongan atau bisa saja hanya berupa cairan asam lambungnya.
Naiknya asam lambung ke kerongkongan terjadi ketika katup bawah kerongkongan melemah atau relaksasi dengan tidak normal, yang menyebabkan isi lambung kembali ke esofagus. Tingkat keparahan GERD tergantung dari kelemahan katup bawah esofagus serta jumlah makanan dan asam lambung yang kembali ke esofagus.
Perlu diketahui, hernia hiatal terjadi ketika bagian atas lambung bergerak ke dalam rongga dada melalui lubang kecil yang ada di diafragma (hiatus diafragma). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga perut dengan rongga dada.
Banyak orang dengan hernia hiatal tidak memiliki gejala GERD. Namun, adanya hernia hiatal akan berisiko lebih besar untuk mengalami pengembalian isi lambung ke esofagus.
Batuk, muntah, tegang, atau melakukan aktivitas berat secara tiba-tiba dapat menyebabkan peningkatan tekanan dalam perut yang mengakibatkan hernia hiatus. Selain itu, obesitas dan kehamilan juga berkontribusi terhadap kondisi ini.
Banyak orang sehat yang berusia di atas 50 tahun memiliki hernia hiatus kecil. Meski dianggap sebagai penyakit yang menyerang orang yang telah lanjut usia, hernia hiatus bisa memengaruhi semua orang di segela usia.
Pada umumnya, hernia hiatus tidak memerlukan pengobatan. Namun, pengobatan mungkin diperlukan jika hernia menjadi strangulasi (terpelintir sehingga memotong suplai darah) atau dipersulit oleh GERD parah atau esofagitis (radang kerongkongan). Dokter mungkin melakukan operasi untuk mengurangi ukuran hernia atau untuk mencegah terjadinya strangulasi.

Hal-hal yang Berkontribusi Terhadap Penyebab GERD

Pilihan makanan dan gaya hidup dapat berkontribusi terhadap terjadinya GERD. Cokelat, pepermin, gorengan, makanan berlemak, kopi, atau minuman beralkohol adalah beberapa hal yang memicu asam lambung. Selain itu, obesitas dan kehamilan juga dapat memainkan peran dalam penyebab GERD.
Banyak orang, termasuk wanita hamil, mengalami gangguan pencernaan dan sensasi terbakar di dada (heartburn) karena GERD. Pada sebagian besar kasus, GERD dapat reda melalui perubahan makanan dan gaya hidup, namun beberapa orang ada yang membutuhkan obat-obatan maupun operasi.
Seperti diketahui, heartburn adalah gejala GERD yang paling umum terjadi. Rasa terbakar ini biasanya dimulai di belakang tulang dada dan bergerak ke atas leher dan tenggorokan. Banyak orang mengatakan rasanya seperti makanan kembali ke dalam mulut dan meninggalkan rasa asam atau pahit.
Rasa terbakar dari heartburn dapat berlangsung selama 2 jam dan sering kali lebih buruk setelah makan. Sering berbaring atau membungkuk juga bisa mengakibatkan heartburn. Banyak orang mengaku gejala heartburn semakin ringan ketika berdiri tegak atau dengan mengonsumsi antasida yang membersihkan asam lambung dari kerongkongan.
Sering kali heartburn dikaitkan dengan penyakit jantung, nyatanya hal ini adalah sesuatu yang berbeda. Untuk diketahui, aktivitas tertentu dapat memperburuk nyeri akibat penyakit jantung, sehingga dibutuhkan istirahat untuk mengurangi rasa sakitnya.
Sedangkan heartburn tidak terlalu terkait dengan aktivitas fisik. Suatu aktivitas fisik tidak akan memperburuk rasa nyerinya. Akan tetapi, ketika Anda mengalaminya dan Anda tidak bisa membedakannya, segera cari bantuan medis untuk mendapat penanganan yang tepat.

Pengobatan GERD

Dokter akan merekomendasikan perubahan gaya hidup dan perubahan pola makan bagi orang-orang yang ingin mengatasi GERD. Pengobatan GERD bertujuan mengurangi jumlah refluks atau mengurangi kerusakan pada lapisan kerongkongan dari bahan refluks.
Menghindari makanan dan minuman yang dapat melemahkan otot katup kerongkongan bawah sering direkomendasikan. Makanan ini termasuk cokelat, pepermin, makanan berlemak, kopi, dan minuman beralkohol. Makanan dan minuman yang dapat mengiritasi lapisan esofagus antara lain, jeruk, tomat, dan merica.
Mengurangi porsi makan dan memperbanyak frekuensi makan akan mengontrol gejala GERD. Makan setidaknya 2-3 jam sebelum tidur juga akan mengurangi refluks karena akan membantu asam lambung turun dan menunggu lambung mengosongkan diri.
Selain itu, kelebihan berat badan bisa memperburuk gejala GERD. Banyak orang yang gemuk akan mengalami perbaikan gejala setelah berhasil menurunkan berat badannya.
Perlu diketahui, aktivitas merokok ternyata bisa melemahkan otot katup kerongkongan bawah. Oleh karenanya, berhenti merokok adalah suatu tindakan yang baik untuk mengurangi gejala GERD.
Sementara itu, tidur dengan posisi agak duduk juga dapat membantu mengurangi gejala karena refluks sulit terjadi akibat gravitasi. Dengan mengandalkan gravitasi, isi lambung tidak akan mudah kembali ke esofagus.
Namun, posisi agak duduk itu jangan dibuat dengan menambah jumlah bantal. Jumlah bantal yang banyak justru meningkatkan tekanan pada lambung.
Selain mengubah kebiasaan yang bisa memicu asam lambung, dokter biasanya akan meresepkan obat untuk mengurangi gejala. Hal yang harus menjadi perhatian, konsumsi obat sesuai dengan anjuran yang disarankan oleh dokter.

Apakah Heartburn dan GERD Sering Terjadi?

Lebih dari 60 juta orang dewasa Amerika mengalami heartburn setidaknya sebulan sekali, dan lebih dari 15 juta orang dewasa menderita hal ini setiap hari. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa GERD pada bayi dan anak-anak lebih sering terjadi dan dapat mengakibatkan muntah berulang kali dan masalah pernapasan lainnya. Selain itu, banyak wanita hamil yang juga mengalami heartburn.

Pengobatan GERD

Pengobatan GERD atau penyakit asam lambung memiliki tahapan. Cara awal yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan mengganti menu makanan, yaitu beralih ke makanan-makanan yang rendah lemak, tidak terlalu asin, maupun terlalu pedas.
Tapi ketika perubahan menu makanan tidak berhasil, obat-obatan akan digunakan untuk meredakan gejala yang dirasakan. Bagi penderita yang mengalami penyakit asam lambung secara kambuhan, biasanya dokter akan meresepkan obat untuk jangka panjang.
Obat antasida adalah obat yang dapat membantu menetralkan asam di kerongkongan, perut dan menghentikan heartburn.  Senyawa pada obat ini diyakini bisa membentuk penghalang busa di atas perut yang mencegah refluks asam lambung terjadi.
Penggunaan jangka panjang dari antasida, bagaimanapun juga dapat mengakibatkan efek samping, termasuk diare, perubahan tubuh dalam memecah dan menggunakan kalsium serta terjadinya penumpukan magnesium.
Terlalu banyak magnesium bisa menjadi hal yang serius untuk pasien dengan penyakit ginjal. Jika Anda mengonsumsi antasida selama lebih dari 2 minggu, dokter harus mengetahui hal ini dan Anda perlu mengkonsultasikannya.
Pada kondisi refluks kronis (dalam jangka waktu lama) dan nyeri ulu hati, dokter mungkin merekomendasikan obat untuk mengurangi asam dalam perut. Obat-obatan ini termasuk H2 blocker, yang menghambat produksi asam lambung. Obat H2 blockers termasuk: cimetidine (Tagamet), famotidine (Pepcid), nizatidine (Axid), dan ranitidine (Zantac).
Tipe obat lain yaitu inhibitor pompa proton (atau pompa asam), menghambat suatu enzim (protein dalam sel penghasil asam lambung) yang diperlukan untuk produksi asam lambung. Beberapa inhibitor pompa proton termasuk esomeprazole (Nexium), lansoprazole (Prevacid), omeprazole (Prilosec), pantoprazole (Protonix), rabeprazole (Aciphex), dexlansoprazole (Dexilant) dan omeprazole / natrium bikarbonat (Zegerid).
Perlu diketahui, orang dengan refluks esofagus kronis atau dengan gejala tidak berkurang dengan perawatan yang dijelaskan di atas mungkin perlu evaluasi diagnostik lebih lengkap.
Dokter akan menggunakan berbagai tes dan prosedur untuk memeriksa pasien dengan heartburn kronis. Selain itu, pemeriksaan saluran cerna bagian atas dapat dilakukan selama fase awal pemeriksaan. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan sinar X khusus yang menunjukkan kerongkongan, lambung, dan duodenum (bagian atas dari usus kecil). Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu menyingkirkan diagnosis lain, seperti tukak lambung.
Sementara itu, endoskopi adalah prosedur penting bagi individu dengan GERD kronis. Dengan menempatkan sebuah tabung  kecil berlampu dengan kamera video kecil di ujung (endoskop) ke kerongkongan, dokter mungkin melihat peradangan atau iritasi pada jaringan yang melapisi esofagus. Jika temuan endoskopi abnormal atau dipertanyakan, biopsi (menghapus sampel kecil jaringan) dari lapisan esofagus dapat membantu.
Pemeriksaan manometri dan impedansi kerongkongan untuk mengukur tekanan dari kerongkongan kadang-kadang membantu mengidentifikasi tekanan rendah di katup bawah kerongkongan atau kelainan pada kontraksi otot kerongkongan.
Untuk pasien yang sulit didiagnosis, dokter mungkin mengukur kadar asam dalam esofagus melalui pengujian pH. Pengujian pH akan memonitor tingkat keasaman kerongkongan dan gejala saat makan, aktivitas, dan tidur.

Apakah GERD Membutuhkan Tindakan Bedah?

Pada kasus yang jarang terjadi, GERD membutuhkan tindakan operasi karena refluks parah dan respon yang buruk terhadap perawatan medis. Namun, operasi tidak harus dilakukan sampai semua langkah-langkah lain telah dicoba.
Fundoplication adalah prosedur pembedahan yang meningkatkan tekanan di esofagus bagian bawah. Sementara prosedur endoskopi yang melibatkan membuat katup bawah esofagus berfungsi lebih baik atau menggunakan elektroda untuk meningkatkan fungsi katup merupakan pengobatan pilihan baru.

Komplikasi Gastroesophageal Reflux Disease

Kadang-kadang GERD menyebabkan komplikasi serius. Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari asam lambung yang terlalu banyak di kerongkongan. Esofagitis dapat menyebabkan perdarahan di esofagus.
Selain itu, penyempitan kerongkongan mungkin terjadi dari jaringan parut kronis. Beberapa orang mengalami kondisi yang dikenal sebagai esofagus Barret. Di mana kondisi ini dapat meningkatkan risiko kanker esofagus.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel