Chikungunya – Pengertian, Penyebaran, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan

Chikungunya adalah sebuah virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mampu melumpuhkan tubuh. Nyamuk tersebut juga sama dengan nyamuk yang mengirimkan demam berdarah, penyakit lain yang disebabkan oleh virus. Kita perlu mengetahui tentang virus ini dan bagaimana menurunkan risiko infeksi.
Chikungunya
Para ilmuwan yakin virus berasal pada 1952 di Tanzania Selatan. Simpanse atau hewan lainnya mungkin pertama yang terinfeksi. Nyamuk yang menggigit hewan-hewan ini menjadi terinfeksi, begitupun pada pada manusia. Virus dapat tinggal di sistem seseorang selama sekitar satu minggu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ketika nyamuk menusuk pada orang yang terinfeksi, nyamuk dapat terinfeksi dan dapat menggigit dan menginfeksi orang lain.

Penyebaran Chikungunya

Di dunia, dalam dekade terakhir, wabah chikungunya telah terjadi di Afrika, Asia, Eropa, dan Samudra Hindia dan Pasifik. Virus itu ditemukan untuk pertama kalinya di Amerika, di pulau-pulau Karibia pada akhir 2013. Lebih dari 20 negara dan wilayah Karibia dan Amerika Selatan telah melaporkan wabah ini, menurut CDC. Pada 17 Juli, CDC melaporkan kasus ditransmisikan secara lokal pertama chikungunya di Florida, dalam laki-laki yang tidak melakukan perjalanan di luar Amerika Serikat. Puerto Rico memiliki 121 kasus yang ditransmisikan secara lokal, dan Kepulauan Virgin AS memiliki 2 kasus.
Demam chikungunya telah dikenal ratusan tahun yang lalu. Dari sejarah diduga KLB chikungunya terjadi pada 1779 di Batavia dan Cairo; 1823 di Zanzibar; 1824 di India; 1870 di Zanzibar; 1871 di India; 1901 di Hongkong, Burma dan Madras; 1923 di Calcuta dan pada tahun 1928 di Cuba yang untuk pertama kalinya digunakan istilah “dengue“.
Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Indonesia
Di Indonesia, Kejadian Luar Biasa (KLB) demam yang disertai nyeri sendi terjadi di Desa Mandalamukti dan Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, di Desa Balung Lor, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, dan di Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi Sulawesi Utara. Meskipun belum dipastikan lewat pemeriksaan contoh darah (serologi), dari gejala klinis yang dialami penderita hampir dipastikan penyakit yang dianggap misterius oleh masyarakat itu adalah demam chikungunya.
Sejak 1952 virus chikungunya telah menyebar luas di Afrika dan menyebar ke Amerika dan Asia. Virus Chikungunya menjadi endemis di wilayah Asia Tenggara. Pada akhir 1950 dan 1960 virus berkembang di Thailand, Kamboja, Vietnam, Manila dan Birma. Pada 1965 menimbulkan KLB di Srilanka. Tidak ada kematian karena chikungunya.
KLB Chikungunya di Indonesia pernah dilaporkan pada 1973 yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Tahun 1980 di Kuala Tungkal, Jambi dan pada tahun 1983 di Yogyakarta. Sejak tahun 1985 seluruh provinsi di Indonesia pernah melaporkan adanya KLB chikungunya. Laporan KLB chikungunya mulai terjadi lagi di Muara Enim pada tahun 1999, Aceh pada tahun 2000, di Bogor, Bekasi, Depok, Jawa Barat pada tahun 2001. KLB terjadi secara bersamaan pada penduduk satu kesatuan wilayah. Oleh karena itu masyarakat tidak perlu takut lagi, ini bukan penyakit misterius dan menakutkan.
Pada tahun 2002 banyak daerah melaporkan terjadinya KLB chikungunya seperti Palembang, Semarang, Jawa Barat dan Sulawesi Utara. Pada awalnya terjadi kebingungan untuk membedakan DEN (Dengue) dengan chik (chikungunya), tetapi sejak dapat dilakukan isolasi virus maka kedua penyakit ini dapat dibedakan, demikian juga gejala klinisnya yaitu chikungunya lebih dominan pada nyeri di sendi-sendi.

Gejalanya Chikungunya

Ketika seseorang pertama kali menjadi sakit, orang akan berpikir bahwa mereka memiliki penyakit seperti flu. CDC memperkirakan bahwa 90 persen dari mereka yang digigit akan mengembangkan gejala chikungunya. Gejala klinis chikungunya mirip gejala demam berdarah dengue yaitu:
  • Demam mendadak
  • Menggigil
  • Muka kemerahan
  • Mual
  • Muntah
  • Nyeri punggung
  • Nyeri kepala
  • Fotofobia (takut silau ketika melihat cahaya)
  • Timbul bintik-bintik kemerahan terutama di badan
  • Nyeri sendi
Nyeri sendi terutama di sendi siku, lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil di pergelangan tangan dan kaki yang berlangsung beberapa hari sampai satu minggu. Ini gejala yang sangat spesifik untuk penyakit chikungunya.
Untuk memastikan penyakit yang menimbulkan ketakutan masyarakat tersebut, Departemen Kesehatan (Depkes) telah mengirimkan tim yang terdiri dari unsur Ditjen PPM dan PL, Badan Litbangkes dan NAMRU (Naval Military Research Unit = Unit Peneliti dari Angkatan Laut AS bekerja sama dengan Depkes) ke Bolaang Mongondow. Sedangkan contoh darah penderita dari Kecamatan Cikalongwetan Bandung dan Jember diperiksa di laboratorium Badan Litbangkes Depkes.
Pengobatan chikungunya tidak ada yang spesifik, penderita cukup minum obat penurun panas dan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli di toko obat, apotek bahkan di warung. Sempatkan waktu istirahat yang cukup, minum dan mengonsumsi makanan bergizi. Selain itu, masyarakat dapat berperan dalam penanganan kasus demam chikungunya yakni dengan melaporkan kepada Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Untuk mencegah penularan, hindari penderita chikungunya dari kemungkinan digigit nyamuk, agar tidak menyebar pada orang lain
Langkah berikut adalah cara untuk mengobati cikungunya:
  • Istirahat
  • Minum cairan untuk mencegah dehidrasi
  • Ambil obat-obatan antinyeri dan antidemam, seperti ibuprofen, naproxen, acetaminophen, atau parasetamol, untuk meringankan demam dan nyeri.

Bahaya Chikungunya 

Penyakit chikungunya jarang fatal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meskipun begitu, penyakit ini dapat berkontribusi menyebabkan kematian pada orangtua. Meskipun di Indonesia penyakit ini tidak menimbulkan kematian, serangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini dapat menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat.
Masa inkubasi demam chikungunya antara 3-11 hari, terbanyak 2-4 hari. Karena penderita seolah-olah menjadi lumpuh dan merasa sakit ketika bergerak. Orang-orang yang berisiko chikungunya lebih parah yaitu:
  • Bayi yang baru lahir terinfeksi sekitar waktu kelahiran
  • Orang dewasa yang lebih tua (>65 tahun)
  • Orang-orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.
Setelah seseorang telah terinfeksi, tubuh akan memberikan kekebalan spesifik sehingga ia akan dilindungi dari infeksi di kemudian hari.

Mencegah Risiko Chikungunya

Vaksin untuk pencegahan dan obat untuk membasmi virus chikungunya belum ada, sehingga cara yang paling efektif adalah dengan pencegahan. Cara pencegahan umumnya sama dengan cara pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, yaitu:
  • Melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan repelen, obat nyamuk coil, dan penggunaan kelambu
  • Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tindakan 3M (menutup, menguras dan mengubur barang bekas)
  • Menaburkan bubuk abate pada penampungan air sebagaimana mencegah demam berdarah
  • Penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa yang terinfeksi dan memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya KLB.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel