Hematochezia - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Hematochezia adalah munculnya darah segar pada tinja (feses). Hematochezia biasanya disebabkan oleh perdarahan di saluran pencernaan bagian bawah. Meskipun demikian, beberapa kasus hematochezia dapat disebabkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
hematochezia
Hematochezia, terutama yang terjadi pada lansia, perlu mendapatkan penanganan yang tepat karena berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti anemia, syok, bahkan kematian.

Gejala Hematochezia

Gejala utama hematochezia adalah darah segar berwarna merah yang keluar bersama tinja. Selain keluarnya darah saat BAB, beberapa gejala lain yang dapat menyertai hematochezia adalah:
  • Sakit perut
  • Demam
  • Diare
  • Perubahan pola buang air besar
  • Penurunan berat badan
  • Gejala anemia akibat kehilangan darah, seperti lemas, detak jantung tak beraturan, dan pingsan.
Jika darah yang keluar banyak dan cepat, penderitanya dapat mengalami syok hingga kematian. Gejala syok yang perlu diwaspadai adalah:
  • Jantung berdebar
  • Keringat dingin
  • Berkurangnya frekuensi buang air kecil
  • Kesadaran menurun.

Penyebab Hematochezia

Perdarahan saluran pencernaan yang menyebabkan hematochezia biasanya terjadi di usus besar (kolon). Ada berbagai penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan ini, antara lain:
  • Wasir
  • Luka pada anus atau fisura anus
  • Kanker usus besar
  • Kolitis ulseratif
  • Penyakit Crohn
  • Tumor jinak pada saluran pencernaan
  • Polip usus
  • Divertikulitis
  • Radang usus besar bagian akhir atau rektum (proctitis).

Diagnosis Hematochezia

Untuk memastikan terjadinya hematochezia, dokter akan menanyakan mengenai gejala yang muncul dan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter juga akan meminta pasien melakukan pengambilan sampel tinja untuk diperiksa di laboratorium.
Dokter juga dapat meminta pasien menjalani tes lain untuk mengetahui penyebab hematochezia. Tes tersebut meliputi:
  • Tes darahuntuk mengetahui jumlah sel darah, memeriksa kecepatan pembekuan darah, dan fungsi organ hati.
  • Kolonoskopiuntuk melihat kondisi usus besar dengan bantuan alat berbentuk selang tipis berkamera, yang dimasukkan melalui dubur.
  • Biopsiyaitu pengambilan sampel jaringan untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
  • Foto Rontgenuntuk melihat kondisi saluran pencernaan dengan bantuan sinar-x, yang kadang juga menggunakan larutan khusus sebagai zat pewarna (cairan kontras).
  • Angiografiuntuk melihat kerusakan pada pembuluh darah dengan bantuan sinar-x atau gelombang magnetik, menggunakan cairan kontras yang disuntikkan ke pembuluh darah.
  • Radionuclide scan. Prinsip kerja prosedur ini mirip dengan Hanya saja, cairan kontras pada prosedur ini akan diganti dengan bahan radioaktif.
  • Laparotomi. Prosedur ini dilakukan dengan cara membedah perut untuk memeriksa penyebab terjadinya hematochezia.

Pengobatan Hematochezia

Tujuan utama pengobatan hematochezia adalah menghentikan perdarahan, yaitu dengan mengatasi penyakit atau kondisi yang menjadi penyebabnya. Jika penyebabnya diobati, hematochezia dapat berhenti dengan sendirinya.
Metode pengobatan hematochezia terdiri dari:
  • Endoskopi.  Melalui alat endoskopi (misalnya kolonoskopi), dokter gastroenterologi akan menghentikan perdarahan di dalam saluran pencernaan dengan cara dipanaskan, ditutup dengan lem khusus, atau dengan menyuntikkan obat di lokasi perdarahan.
  • Angiographic embolizationPengobatan ini dilakukan dengan menyuntikkan partikel khusus di pembuluh darah yang rusak, untuk menutup alirannya.
  • Band ligationPengobatan ini dilakukan dengan cara memasang karet khusus di area pembuluh darah yang pecah agar perdarahan berhenti.
Pasien hematochezia dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diclofenac, untuk mempercepat penyembuhan.
Pada hematochezia dengan perdarahan yang cepat dan banyak perlu segera ditangani untuk menghindari komplikasi. Komplikasi akibat hematochezia dapat berupa anemia, syok, bahkan kematian.

Pencegahan Hematochezia

Hematochezia dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
  • Makan tinggi serat agar tidak terjadi konstipasi, karena berisiko timbul wasir dan divertikulitis.
  • Berhenti merokok.
  • Membatasi kebiasaan minum alkohol.
  • Tidak sembarangan mengonsumsi obat, khususnya obat antiinflamasi nonsteroid, tanpa berkonsultasi dahulu dengan dokter.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel