Delirium: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan
Saturday, September 28, 2019
Edit
Delirium adalah gangguan mental yang membuat seseorang kebingungan dan menurunnya kesadaran terhadap lingkungan di sekitar. Delirium bisa muncul secara tiba-tiba dan bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Simak penjelasan selengkapnya apa itu delirium dan hal-hal lainnya di bawah ini.
Apa Itu Delirium?
Seperti penjelasan sebelumnya, delirium adalah perubahan mendadak pada otak yang menyebabkan kebingungan mental dan gangguan emosi. Kondisi ini membuat seseorang sulit untuk berpikir, mengingat, tidur, konsentrasi, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Seseorang bisa mengalami delirium saat berhenti mengonsumsi alkohol, setelah operasi, atau mereka yang mengalami demensia.
Delirium adalah gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari penyakit kronis, terganggunya keseimbangan metabolisme (kadar natrium rendah), konsumsi obat-obatan, pembedahan, atau keracunan obat.
Penyebab Delirium
Penyebab delirium adalah terganggunya penerima sinyal di otak. Gangguan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang membuat otak menjadi rentan sehingga memicu kegagalan fungsi otak. Meski penyebab pastinya belum dapat diidentifikasi, terdapat beberapa kemungkinan penyebab delirium, antara lain:
- Kondisi medis, seperti stroke, serangan jantung, penyakit paru-paru, penyakit hati, atau cedera akibat jatuh.
- Ketidakseimbangan metabolisme, seperti natrium atau kalsium yang rendah
- Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak.
- Infeksi saluran kemih, terutama pada mereka yang lanjut usia.
- Pajanan terhadap racun, seperti karbon monoksida, sianida atau racun lainnya
- Malnutrisi atau dehidrasi.
- Kurang tidur atau tekanan emosional yang parah.
- Pembedahan atau prosedur medis lainnya yang memerlukan anestesi.
Beberapa obat atau kombinasi obat dapat memicu delirium, antara lain:
- Obat penghilang rasa sakit.
- Obat tidur.
- Obat-obatan untuk gangguan mood, seperti kecemasan dan depresi.
- Obat alergi (antihistamin).
- Obat asma.
- Obat steroid.
- Obat penyakit Parkinson.
Selain beberapa penyebab di atas, kesulitan bernapas karena asma atau kondisi lain, membuat otak tidak mendapatkan oksigen yang dibutuhkan. Setiap kondisi atau faktor yang secara signifikan mengubah fungsi otak dapat menyebabkan kebingungan mental yang parah atau delirium.
Jenis Delirium
Delirium dikategorikan berdasarkan penyebab, keparahan, dan karakteristiknya. Berikut beberapa jenis delirium, antara lain:
Delirium Tremens
Delirium jenis ini adalah sebuah kondisi yang dialami oleh seseorang yang mencoba berhenti untuk mengonsumsi alkohol. Kondisi ini biasanya terjadi pada penderita yang sudah mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun.
Delirium Hiperaktif
Ditandai dengan sikap yang sangat waspada dan cenderung tidak kooperatif.
Delirium Hipoaktif
Penderita delirium jenis ini cenderung membuat penderita lebih banyak tidur, menjadi lalai terhadap tugas sehari-hari, sering melewatkan makan atau janji bertemu dengan seseorang.
Pada beberapa kasus, seseorang juga bisa memiliki kombinasi delirium hiperaktif dan hipoaktif (delirium campuran), atau bergantian antara kedua keadaan tersebut.
Gejala Delirium
Pada beberapa kasus, delirium adalah gangguan yang tidak menimbulkan gejala, namun bisa juga berfluktuasi sepanjang hari. Gejala cenderung lebih buruk saat suasana gelap dan menghadapi suasana-suasana yang belum akrab. Tanda dan gejala utama, di antaranya:
1. Menurunnya Kesadaran
- Ketidakmampuan untuk tetap fokus pada suatu topik atau mudah untuk beralih topik.
- Lebih banyak terjebak pada ide daripada menanggapi pertanyaan atau percakapan.
- Menjadi mudah terganggu oleh hal-hal yang tidak penting.
2. Menurunnya Kemampuan Kognitif
- Daya ingat yang buruk, terutama mengenai peristiwa-peristiwa terkini.
- Mengalami disorientasi.
- Kesulitan berbicara atau mengingat kata-kata.
- Meracau.
- Kesulitan memahami pembicaraan.
- Kesulitan membaca atau menulis.
3. Perubahan Perilaku
- Mengalami halusinasi.
- Gelisah atau perilaku agresif.
- Menarik diri terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
- Gerak tubuh menjadi lambat atau lesu.
- Terganggunya waktu tidur atau perubahan siklus tidur.
Diagnosis Delirium
Perlu diketahui, karena gejala demensia dan delirium adalah sesuatu yang dapat serupa, masukan dari anggota keluarga atau orang-orang terdekat menjadi penting bagi dokter untuk membuat diagnosis yang akurat.
Dokter akan melihat riwayat klinis penderita (bagaimana dan kapan perubahan terjadi), kesehatan yang mendasarinya, dan kondisi mental saat ini.
Terdapat berbagai alat dan tes klinis yang akan digunakan dokter untuk membuat diagnosis delirium, tetapi tidak ada tes darah atau tes laboratorium lainnya untuk melakukan hal ini.
Diagnosis yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Penilaian Status Mental
Seorang dokter mulai dengan menilai kesadaran, perhatian dan pemikiran. Ini dapat dilakukan secara informal melalui percakapan, atau dengan tes kebingungan, persepsi, dan memori. Informasi tambahan dari anggota keluarga atau orang-orang juga dapat membantu.
2. Ujian Fisik dan Neurologis
Dokter melakukan pemeriksaan fisik, memeriksa tanda-tanda masalah kesehatan atau penyakit yang mendasarinya. Diagnosis lainnya adalah pemeriksaan neurologis seperti memeriksa penglihatan, keseimbangan, koordinasi, dan refleks. Cara ini dapat membantu menentukan apakah stroke atau penyakit neurologis menyebabkan delirium.
3. Tes Lainnya
Tes pencitraan otak dapat digunakan ketika diagnosis tidak dapat dilakukan dengan informasi lain yang tersedia. Tes lain yang mungkin disarankan adalah tes darah atau urine.
Pengobatan Delirium
Sebelum melakukan pengobatan, penting untuk menemukan penyebab yang mendasarinya. Delirium adalah gangguan mental yang biasanya akan membaik jika penyebab yang mendasarinya ditemukan dan diobati.
Beberapa langkah lainnya yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Obat-obatan
Dokter akan meresepkan obat untuk mengobati penyebab delirium. Misalnya, jika delirium disebabkan oleh serangan asma yang parah, Anda mungkin memerlukan mesin inhaler untuk mengembalikan pernapasan. Jika infeksi bakteri menyebabkan gejala delirium, antibiotik dapat diresepkan.
Sementara itu jika gelisah yang menjadi penyebab delirium, dokter mungkin memberikan dosis kecil dari salah satu obat berikut, antara lain:
- Antidepresan untuk menghilangkan depresi.
- Obat penenang untuk memudahkan berhenti konsumsi alkohol.
- Blocker dopamin untuk membantu keracunan obat.
- Thiamine untuk membantu mencegah kebingungan.
Perlu diketahui, Anda mungkin mengalami efek samping dari obat yang digunakan untuk mengobati kondisi ini. Bicaralah dengan dokter sebelum mengonsumsinya.
2. Konseling
Jika Anda merasa cemas berlebih, konseling dapat membantu menenangkan pikiran agar delirium tidak terjadi. Konseling juga digunakan sebagai pengobatan untuk penderita delirium yang disebabkan oleh narkoba atau alkohol.
Dalam semua kasus, konseling dimaksudkan untuk membuat Anda merasa nyaman dan memberi tempat yang aman untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan.
Pencegahan Delirium
Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadi delirium atau mencegah delirium bertambah parah adalah:
- Olahraga secara teratur dan pola makan yang sehat.
- Ciptakan pola tidur yang sehat. Hal ini membuat penderita memiliki aktivitas yang optimal antara siang dan malam hari.
- Hindari setiap pertengkaran, karena dapat mencegah delirium bertambah parah.
- Atur tingkat kebisingan di lingkungan sekitar.
- Taruh objek atau gambar favorit, akan tetapi hindari lingkungan yang berantakan.