Batuk Rejan (Pertusis) – Penyebab, Gejala, Diagnosis, & Pengobatan
Saturday, September 28, 2019
Edit
Batuk rejan adalah salah satu jenis batuk yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, yang penularannya dapat disebarkan melalui udara. Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit yang rentan menyerang siapapun terutama anak-anak.
Batuk rejan adalah penyakit yang menyebar dengan cepat dari orang ke orang. Maka dari itu, vaksin pertusis diperlukan untuk mencegah seseorang terkena penyakit ini. Bakteri penyebab batuk rejan biasanya menyebar melalui cairan yang keluar saat penderita batuk atau bersin.
Jika batuk rejan tidak segera ditangani, kemungkinan akan menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius. Pada beberapa kasus, tulang rusuk penderita mengalami luka akibat batuk yang sangat keras. Untuk kasus yang lebih parah, batuk rejan mampu menimbulkan kematian akibat gagal napas yang diakibatkannya.
Penyebab Batuk Rejan
Bakteri Bordetella pertussis yang menyebar melalui udara adalah penyebab batuk rejan. Bakteri ini masuk dan kemudian menyerang dinding saluran napas penderita dan melepaskan racun. Penyebaran penyakit ini akan berlangsung 3 minggu setelah batuk dimulai.
Pembengkakan saluran napas adalah salah satu cara tubuh bereaksi terhadap racun yang dilepaskan bakteri. Saluran napas yang membengkak bisa membuat penderita harus menarik napas dengan kuat melalui mulut karena sulitnya bernapas.
Siapa yang berisiko batuk rejan?
Batuk rejan yang juga biasa disebut batuk 100 hari ini dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia, termasuk:
1. Bayi dan anak kecil
Bayi muda di bawah usia enam bulan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi batuk rejan.
2. Remaja dan orang dewasa
Keduanya cenderung kurang serius dalam kasus-kasus ini, tetapi masih bisa menjadi tidak menyenangkan dan membuat frustrasi.
3. Orang yang pernah menderita batuk rejan sebelumnya
Anda tidak kebal terhadap batuk rejan jika pernah mengalaminya, meskipun cenderung kurang parah pada kali kedua.
4. Orang divaksinasi batuk rejan sejak anak-anak
Perlindungan dari vaksin batuk rejan cenderung akan menghilang setelah beberapa tahun.
Anda bisa terkena batuk 100 hari jika kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Seseorang dengan batuk rejan menular dari sekitar enam hari setelah mereka terinfeksi – ketika mereka hanya memiliki gejala seperti pilek – sampai tiga minggu setelah serangan
Gejala Batuk Rejan
Umumnya, gejala batuk rejan akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap pertama (masa gejala awal)
Tahap ini ditandai dengan munculnya gejala-gejala ringan, seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu, dan di tahap inilah penderita berisiko menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.
2. Tahap kedua (masa paroksismal)
Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, namun batuk justru bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk keras secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut. Usai serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah disertai kelelahan, hal ini umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. Tahap ini bisa berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.
3. Tahap ketiga (masa penyembuhan)
Di tahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Meski demikian, gejala batuk rejan bisa tetap ada atau bahkan lebih keras. Tahap pemulihan ini bisa berlangsung hingga dua bulan atau lebih, tergantung dari pengobatan batuk rejan.
Yang perlu menjadi perhatian, batuk rejan yang diiringi dengan tarikan napas panjang (whooping) pada bayi biasanya disertai dengan henti napas. Dari sejumlah kasus yang ditemukan, anak-anak yang mengalami pertusis tidak mendapatkan imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus). Batuk rejan yang cukup parah pada bayi dan anak-anak bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Oleh karena itu, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Komplikasi Batuk Rejan
Tidak hanya mengganggu sistem pernapasan, batuk rejan juga bisa memberikan komplikasi pada organ lainnya, seperti:
1. Kejang
Hal ini bisa terjadi karena batuk rejan mampu mengganggu jalan napas sehingga otak kekurangan oksigen dan berakhir dengan kejang.
2. Pneumonia pada paru
Mengingat pertusis adalah penyakit pada saluran napas, maka 10% penderitanya mampu mengalami pneumonia. Untuk memastikan hal ini, diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan rontgen toraks guna melihat kondisi paru-paru penderita.
3. Tekananan intratekal pada tubuh
Tekanan yang meningkat saat batuk rejan akan meningkatkan tekanan di dalam rongga perut sehingga beberapa organ dapat keluar dari kantong pembungkusnya. Hernia dapat hilang sendiri jika derajatnya belum berat setelah pertusis reda. Jika hernia telah menetap meskipun pertusis telah reda, maka hernia dapat diatasi dengan operasi.
Diagnosis dan Tes Batuk Rejan
Selama tahap awal, kesalahan diagnosis sering terjadi, karena tanda dan gejalanya mirip dengan yang ditemukan pada penyakit pernapasan lainnya, seperti bronkitis, flu, dan flu biasa.
Dokter biasanya dapat mendiagnosis batuk rejan dengan mengajukan pertanyaan mengenai gejala dan mendengarkan batuk (suara batuk rejan menonjol).
Tes diagnostik berikut ini dapat dipesan:
1. Tes kultur tenggorokan atau hidung
Dokter atau perawat mengambil sampel usap atau hisap, yang dikirim ke laboratorium dan memeriksa keberadaan bakteri Bordetella pertussis.
2. Tes darah
Dokter mungkin ingin tahu jumlah sel darah putih. Jika tinggi, berarti mungkin ada beberapa jenis infeksi.
3. Rontgen dada
Dokter mungkin ingin melihat apakah ada peradangan atau cairan di paru-paru.
Jika diduga batuk rejan pada bayi, mereka mungkin perlu didiagnosis di rumah sakit.
Pengobatan Batuk Rejan
Batuk rejan pada remaja dan orang dewasa biasanya bisa ditangani sendiri di rumah atau dengan antibiotik untuk batuk rejan sesuai resep dokter. Antiobiotik yang menjadi pilihan untuk penderita batuk rejan adalah antibiotik profilaksis. Selain itu, obat batuk rejan lain yang bisa digunakan adalah eritromisin (harus dikonsumsi selama 10 hari) atau antibiotik makrolida.
Perlu diketahui, pengobatan batuk rejan menggunakan antibiotik tidak memperpendek masa sakit tetapi memperpendek masa infeksius (masa penularan). Antibiotik untuk batuk rejan akan memperpendek masa infeksius yang tadinya 3 minggu menjadi 5 hari saja. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang telah berlangsung di atas 3 minggu karena masa infeksius telah lewat.
Pencegahan Batuk Rejan
Pencegahan penyakit batuk 100 hari ini dapat dilakukan dengan vaksin DPT. Namun, vaksin DPT tidak berlangsung seumur hidup melainkan hanya bertahan beberapa periode saja, sehingga vaksinasi perlu diberikan selama beberapa kali. Anak-anak perlu divaksinasi pada usia 2, 4, 6,15 sampai 18 bulan dan usia 4-6 tahun.
Selain itu, pencegahan batuk rejan dari penularannya dapat dilakukan dengan cara menutup hidung dan mulut setiap kali batuk atau bersin, membuang tisu yang digunakan segera, dan mencuci tangan secara rutin dengan air dan sabun.
Vaksin pertusis sangat aman, namun terdapat beberapa efek samping yang mungkin dapat muncul setelah penyuntikan dilakukan. Di antaranya adalah rasa nyeri, kulit memerah, dan pembengkakan pada bagian yang disuntik. Selain itu, kemungkinan anak juga akan menjadi rewel atau demam.
Selain itu, ibu hamil juga perlu mendapatkan vaksinasi pertusis. Mendapatkan vaksinasi pertusis saat hamil membantu melindungi bayi terserang batuk rejan pada minggu-minggu awal usai dilahirkan. Biasanya vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mereka antara 28-38 minggu.