Diare: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Apa itu diare? Diare adalah suatu kondisi ketika gerak peristaltik usus lebih cepat dari biasanya sehingga pengeluaran buang air besar (BAB) lebih encer dan frekuensinya lebih banyak. Terkadang, diare bukanlah suatu penyakit yang berbahaya.
penyebab-diare
Namun, diare merupakan kondisi yang menimbulkan dampak serius jika mengakibatkan dehidrasi, karena menyebabkan syok hipovolemik (dropnya tubuh karena kekurangan cairan).

Penyebab Diare

Pada dasarnya, penyebab diare bisa bermacam-macam. Beberapa di antara penyebab diare adalah keracunan makanan, infeksi kuman, dan stres.
Penyakit diare biasanya dapat sembuh sendiri karena sebenarnya diare sendiri adalah mekanisme tubuh untuk membuang racun dan kuman yang ada di usus. Penyebab diare pada anak kecil yang terbanyak adalah karena virus sehingga dapat sembuh dengan sendirinya.
Meskipun penyebab diare pada orang dewasa maupun pada anak-anak terkadang bisa sembuh tanpa obat, penderita diare tetap harus diperhatikan karena jika cairan tubuh banyak yang terbuang, penderita diare harus minum banyak cairan dan obat antidiare apabila penyakit ini sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pada kasus penyakit diare berkepanjangan (lebih dari 2 minggu) kemungkinan ada penyakit lainnya yang mendasari dan menjadi penyebab diare tersebut.
Ketika seseorang mengalami penyakit diare, tinja menjadi encer karena banyaknya cairan yang disekresikan ke dalam usus. Atau sebaliknya, cairan di dalam usus tidak dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga bisa menjadikan penyakit diare berlangsung singkat atau lama.
Untuk penyakit jangka pendek, penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak biasanya adalah:
  • Infeksi bakteri bisa menyebabkan keracunan makanan (campylobacter, clostridum difficile, escherichia coli, salmonella, dan shigella).
  • Radang usus buntu.
  • Alergi makanan juga bisa menjadi penyebab diare.
  • Kerusakan lapisan usus akibat radioterapi.
  • Masalah psikologi (misalnya gangguan kecemasan).
  • Makanan yang mengandung pemanis buatan.
  • Infeksi virus (rotavirus dan norovirus) adalah penyebab diare lainnya.
  • Parasit giardia intestinalis.
Sementara itu, penyebab diare yang berlangsung jangka panjang biasanya adalah:
  • Penyakit Crohn, yaitu radang pada lapisan sistem pencernaan.
  • Kolitis ulseratif, yaitu suatu kondisi yang berdampak kepada usus besar.
  • Sindrom iritasi usus atau terganggunya fungsi normal usus.
  • Ada pula kasus diare disebabkan oleh kanker usus..
  • Radang pankreas kronis.

Gejala Diare

Pada tiap penderita, gejala diare bisa berbeda-beda. Salah satu gejala diare adalah mengeluarkan feses yang sangat encer. Namun, tidak semua penderita diare menunjukkan gejala ini. Bisa saja penderita diare lainnya mengeluarkan feses yang tak terlalu encer.
Berikut ini adalah tanda-tanda atau gejala diare yang Anda alami bertambah parah.
  • Air kencing kental dan berwarna kuning, frekuensi berkemih kurang dari 4 kali per hari disertai demam, mata cekung, dan kulit kering.
  • Diare tetap bertahan di atas 2 minggu.
  • Kram.
  • Sakit perut
  • Kembung.
  • Mual.
  • Demam.
Gejala diare yang parah seperti ini bisa jadi merupakan tanda-tanda kondisi seperti infeksi, penyakit iritasi usus, pankreatitis, kanker usus, atau penurunan kondisi kekebalan tubuh. Meski begitu, penyakit diare dapat hilang dengan sendiri dalam waktu 48 jam.
Hal yang paling penting yang dapat dilakukan saat diare adalah tetap terhidrasi dengan baik, menghindari makanan-makanan pemicu penyakit diare seperti makanan pedas dan berserat.
Perlu diketahui, pengeluaran cairan melalui feses yang berlebihan ditambah dengan hilangnya nafsu makan dapat berdampak dehidrasi. Kondisi ini harus segera ditangani karena bisa berakibat fatal. Dehidrasi sendiri lebih mudah terjadi pada anak-anak. Hal ini dikarenakan ketahanan anak-anak terhadap dehidrasi yang lebih rendah ketimbang orang dewasa.

Diagnosis Diare

Setelah mengetahui berbagai penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak. Anda juga perlu mengetahui tentang diagnosis diare. Terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit diare, antara lain:

1. Analisa feses

Dokter akan meminta Anda untuk menyerahkan sampel feses untuk dianalisa. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi yang mungkin terjadi. Analisa ini dilakukan apabila Anda sudah mengalami diare lebih dari dua minggu, ada darah atau nanah pada feses.
Selain itu, pemeriksaan ini juga perlu dilakukan jika Anda mengalami penyakit diare usai dirawat di rumah sakit atau karena sistem imun yang lemah (penderita HIV). Dengan mengetahui penyebab diare, dokter bisa menyarankan cara yang tepat untuk mengobati diare.

2. Tes darah

Dokter akan meminta Anda melakukan tes darah apabila terdapat kecurigaan bahwa gejala diare yang Anda alami adalah gejala dari penyakit lain. Contohnya, hasil tes darah menunjukkan adanya peradangan. Ini adalah salah satu gejala penyakit radang usus dan bukan hanya sakit diare biasa.

3. Pemeriksaan rektum

Jika pasien berusia di atas 50 tahun atau mengalami gejala diare yang sulit sembuh, dokter akan melakukan pemeriksaan rektum digital. Metode pemeriksaannya dilakukan dengan memasukkan jari ke dalam rektum untuk memeriksa kondisi abnormal.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosis penyakit yang berhubungan dengan rektum dan usus. Jadi, dokter bisa saja mencurigai bahwa gejala diare yang ditunjukkan pasien sebenarnya bukan hanya sakit diare biasa.

Pengobatan Diare

Jika tidak segera diberikan pengobatan, diare bisa berujung pada dehidrasi. Dehidrasi memiliki konsekuensi yang fatal dan berpotensi merenggut nyawa penderita, terutama jika terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap dehidrasi jauh lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
Obat diare yang bisa Anda konsumsi adalah oralit atau banyak minum air putih dalam jumlah banyak. Asupan air adalah sesuatu yang sangat penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Berikut ini adalah beberapa jenis obat diare lainnya yang bisa Anda gunakan, di antaranya:
  • Pengobatan diare dengan obat untuk mengikat air sehingga tinja lebih padat, seperti obat attalpulgit.
  • Pengobatan diare dengan obat untuk menghentikan peristaltik usus seperti papaverin atau antiparasimpatik.
  • Pengobatan diare dengan antibiotik atau antiparasit dikonsumsi ketika hasil pemeriksaan tinja menunjukkan adanya infeksi bakteri atau infeksi parasit seperti amoeba.
Obat antidiare biasanya tidak terlalu dibutuhkan, kecuali bagi mereka yang memiliki aktivitas padat atau yang ingin bepergian jarak jauh. Salah satu obat antidiare untuk pengobatan diare yang efektif dan cepat dalam menghentikan diare adalah loperamide. Meski begitu, loperamide tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
Sebagian besar penderita diare dapat sembuh setelah beberapa hari tanpa melakukan usaha penyembuhan untuk mengobati diare. Pada orang-orang dewasa, diare biasanya sembuh setelah 2-4 hari. Sedangkan pada anak-anak, diare biasanya berlangsung lebih lama yaitu antara 5-7 hari.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel